KURBAN DAN KESALEHAN SOSIAL
Makna ibadah kurban segi sosial

By Muhammad Arjun Fannani 04 Agu 2020, 11:08:27 WIB Akademik
KURBAN DAN KESALEHAN SOSIAL

KURBAN DAN KESALEHAN SOSIAL

Muhammad Arjun Fannani


“Maka shalatlah demi Tuhanmu 

dan sembelihlah (binatang).” (Q.S Al-kautsar: 2)


Islam merupakan agama rahmatan lil alamin, agar senantiasa menebarkan nilai-nilai kebajikan kepada semua manusia tidak memandang agama, suku, budaya maupun warna kulit. Dalam agama Islam juga tidak hanya mengatur kesalehan spirtitual bagaimana hubungan Tuhan dengan hambanya atau disebut ibadah mahdah, akan tetapi juga mengatur kesalehan sosial bagaimana hubungan sesama manusia atau disebut ibadah ghairu mahdah. Melaksanakan ibadah individual-spiritual tanpa mempertimbangkan ibadah sosial-spiritual, maka orang itu merugi. Sedangkan melaksanakan ibadah sosial-spiritual tanpa dibarengi ibadah individual-spiritual, maka hal tersebut menjadi sia-sia belaka. Maka dari itu antara kedua ibadah tersebut harus berdampingan, selaras dan tidak boleh mengedepankan salah satunya. Dalam ajaran agama Islam, banyak nilai-nilai sosial yang dapat kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan. Salah satunya ibadah berkurban. Dijelaskan dalam Surah Al-Kautsar, ayat 2 yang berbunyi

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

“Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).”

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar mengerjakan salat dan menyembelih hewan kurban karena Allah semata, karena Dia sajalah yang mendidiknya dan melimpahkan karunia-Nya. Dalam redaksi ayat tersebut Allah SWT memerintahkan untuk sholat dan berkurban. Ibadah sholat sebagai representasi sebagai kesalehan individual-spiritual, sedangkan ibadah berkurban sebagai kesalehan sosial-spiritual. Maka dari itu antara ibadah individual-spiritual dan sosial-spiritual harus berdampingan, selaras dan saling bersinergi dengan tidak boleh mengedepankan salah satunya.

Dalam ayat lain, Allah berfirman:

قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ  ١٦٢  لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ   ١٦٣  

“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim).” (al-An’am/6: 162-163)


Kurban dalam Bahasa Arab yaitu qurban, yang berarti dekat, yaitu sebagai upaya seorang hamba agar mendekatkan kepada Tuhan, hal tersebut merupakan kesalehan individual-spiritual. Ibadah kurban dilaksanakan pada hari Tasyriq tanggal 10,11,12,13 Dzulhijah. Umat islam pada hari tersebut merayakan bersuka cita dengan datangnya hari raya tersebut dengan cara shalat idul adha dan mengorbankan hewan terbaiknya berupa unta, sapi, kerbau atau kambing sesuai syari’at Islam. Sedangkan kesalehan sosial-spiritual dari ibadah kurban yaitu agar terciptanya hubungan yang harmonis, mempererat persaudaraan antara yang kaya (aghniya) dan miskin. Dalam kerangka kehidupan bernegara, pelaksanaan ibadah kurban dapat menyelesaikan masalah sosial-ekonomi seperti memberantas kemiskinan, pemerataan ekonomi dan menghapus kesenjangan antara si kaya dan miskin, serta timbulnya keadilan sosial-ekonomi. Begitu banyak manfaat dari ibadah kurban, yang memliki peranan penting dalam membangun diri, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia yang madani.

Berdasarkan uraian diatas sebelumnya, secara garis besar bahwa semangat ibadah kurban memiliki dua dimensi yaitu kesalehan individual-spiritual dan kesalehan sosial-spiritual. Ibadah kurban merupakan ibadah yang paripurna bagi seorang hamba kepada Tuhannya. 





Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Write a comment

Ada 1 Komentar untuk Berita Ini

View all comments

Write a comment